Review Mobil – Pasar kendaraan listrik di Indonesia semakin berkembang setiap tahunnya. Pemerintah sendiri baru-baru ini menyebutkan rencana mereka untuk memberikan subsidi sebesar Rp 6,5 juta/unit di tahun 2023 untuk mendorong daya beli motor listrik di masyarakat, sedangkan untuk subsidi pembelian mobil listrik sampai saat ini masih disusun skema insentifnya.
Dilansir dari CNBC Indonesia, Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Warih Andang Tjahjono menyebutkan bahwa era elektrifikasi sudah pasti akan terjadi di Indonesia, sehingga industri otomotif mau tidak mau harus mulai berpindah atau shifting agar tidak ketinggalan dari negara lain.
“Kenapa penting bagi Indonesia? Karena Amerika, China, Eropa itu mature country, kompetisi stabil (market share) 10%-10%. Tapi di Asia sangat fleksibel, ada yang tiba-tiba dari 0% dapat 3% market share, ada hanya kurang dari satu tahun. Jadi costumer masih sangat fleksibel, sangat dinamis jadi Indonesia dan Asia adalah Area yang sangat penting,” ucap Warih, dikutip dari CNBC Indonesia, Jumat (2/12/2022).
Skema subsidi untuk setiap pembelian kendaraan listrik di tahun 2023 diharapkan dapat mendorong dan meningkatkatkan daya beli kendaraan listrik di masyarakat. Upaya ini sendiri juga sejalan dengan tujuan besar pemerintah dalam menurunkan emisi karbon hingga 31,89% dengan upaya sendiri (unconditional) dan 43,20% dengan dukungan internasional (conditional). Hal ini kemudian mengharuskan elektrifikasi di Indonesia berjalan dengan baik agar Indonesia bisa mencapai Net-Zero Emission (NZE) pada tahun 2060.
“Transisi kendaraan elektrifikasi yang tidak tertata, akan melemahkan posisi Indonesia sebagai basis global industri otomotif. Kehadiran beragam teknologi kendaraan elektrifikasi rendah emisi yang lengkap, melalui pendekatan strategi multi-pathway akan menjadi kunci keberhasilan Indonesia lebih cepat berkembang dan mengejar posisi sebagai pemain utama produsen serta eksportir kendaraan elektrifikasi di kancah internasional,” ujar Direktur Hubungan Eksternal PT TMMIN Bob Azam, dikutip dari CNBC Indonesia, Jumat (2/12/2022).
Indonesia sendiri saat ini sedang dalam posisi sebagai produsen dan eksportir produk otomotif unggulan di wilayah Asia Pasifik. Maka tidak heran jika industri otomotif nasional memegang peran penting sebagai bagian dari rantai pasok industri otomotif dan telah melakukan ekspor hingga 80 negara di dunia. Hal itulah yang kemudian membuat industri otomotif Indonesia harus berinovasi dan shifting ke kendaraan listrik agar bisa mempertahankan posisi sebagai salah satu rantai pasok otomotif terbesar di dunia.
“Roadmap industri otomotif nasional harus disusun dengan memperhitungkan ketersediaan energi, khususnya SDA tidak terbarukan. Dukungan Pemerintah di sektor transportasi melalui manajemen UIO (Unit in Operations), juga menjadi elemen penting untuk mempertahankan posisi dan kontribusi positif industri otomotif nasional selama lebih dari 5 dekade ini,” kata Bob menambahkan.
Selain karena mengikuti perkembangan jaman, menurut Staf Khusus MenKo Perekonomian Bidang Pengembangan Industri dan Kawasan I Gusti Putu Surya Wirawan Indonesia saat ini giat melakukan shifting elektrifikasi industri otomotif juga karena adanya pasokan energi yang berlebih akibat pandemi Covid-19. Saat ini sendiri Indonesia disebut-sebut memiliki jumlah cadangan nikel mencapai 72 juta ton nikel, dan hal tersebut membuat Indonesia memiliki 52% dari total cadangan nikel dunia dengan total 139.419.000 ton nikel.
“Sekarang kita dihadapkan masalah kelebihan energi listrik akibat kemarin Covid-19. Dengan Covid 2 tahun, investasi kurang masuknya, investasi yang ada pertumbuhannya rendah sehingga kelebihan energi. Perhatian kita bersama gimana menciptakan kendaraan yang ramah lingkungan tapi bisa manfaatkan energi kita yang berlebih,” ucap Surya dalam Seminar Nasional tahap keempat Toyota di Institut Teknologi Bandung (ITB) yang disiarkan secara virtual, dilansir dari CNBC Indonesia, Kamis (1/12/22).
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/news/20221201191257-4-393044/bos-toyota-blak-blakan-nasib-era-mobil-listrik-di-ri